AryaDipayana dan "Hujan Bulan Juni" oleh M. Umar Muslim. Kemudian pada tahun 1990 lahirlah album "Hujan Bulan Juni" yang merupakan musikalisasi puisi dari sajak-sajak Sapardi. Menyusul ada 1996 lahir album "Hujan Dalam Komposisi" yang seluruhnya melibatkan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia tempat Sapardi Djoko Damono
100% found this document useful 1 vote3K views2 pagesDescriptionteriakasih karyanya...Copyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote3K views2 pagesDemokrasi Kebun BinatangJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Puisi Di Kebun Binatang Karya Sapardi Djoko Damono Di Kebun Binatang Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya; katanya kepada suaminya, "Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan sepatu!" Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat menarik lengan istrinya meninggalkan tempat terkutuk itu. 1973Sumber Hujan Bulan Juni 1991Puisi Di Kebun BinatangKarya Sapardi Djoko DamonoBiodata Sapardi Djoko DamonoSapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.Mengapaistilah demokrasi maknanya beranekaragam dalam puisi demokrasi kebun binatang pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama rima dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Bab 3 menelusuri dinamika Kulub dan Kia tiba di Kebun Binatang Ragunan. Setelah masuk lewat pintu utara 3, mereka sampai di kandang gajah. Meski tak berpagar, ada lubang seperti sungai kering yang memisahkan gajah dengan para pengunjung.“Kamu nggak kasihan dengan binatang-binatang itu? Seharusnya mereka hidup bebas di hutan atau alam liar?” Tanya Kulub. Kia menjawab pertanyaan Kulub tentang kasihan, bak diplomat ulung; “Kalau Kakak melihatnya dengan sudut pandang itu, tentu saja kasihan. Tapi, kalau dengan perspektif lain, seperti menjaga kelestarian hewan, ilmu pengetahuan dan penelitian, dan pandangan-pandangan positif yang lain, gimana?” Kulub terdiam.“Tapi, kok di sini gak ada cebong atau kampret ya? Padahal cebong ama kampret lagi viral di media sosial!?” seloroh Kulub.“Udah deh, Kak. Gak usah mempolitisir hiburan ini ah.”Kulub tertawa. “Eh, tapi ini perlu dipertimbangkan oleh pengelola dan pengurus Kebun Binatang ini. Keduanya menjadi semacam hiburan loh. Semacam dagelan di dunia perpolitikan Indonesia,” ucapnya yang kemudian menjelaskan tentang bagaimana kedua kubu pendukung capres menggunakan akal pikiran dan perspektifnya masing-masing untuk meraih simpati masyarakat. Tentu saja dengan tujuan memilih capres dan cawapres yang teringat dengan Demokrasi Binatang yang pernah ditulis Kuntowijoyo dengan judul Demokrasi Gajah, Demokrasi Kuda, dan Demokrasi Anjing. Esai tersebut ia temui di buku Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas, terbitan mizan, Bandung, tahun menulis gajah dalam sirkus sudah ada target yang ditentukan oleh pelatihnya, dan pelatih selalu memberi hadiah kepada gajah ketika berhasil melakukan sesuatu yang diperintah. Kuntowijoyo menghubungkan hal tersebut dengan demokrasi. “Bila demokrasi sudah ditargetkan seperti itu namanya masyarakat tertutup. Dan itu bertentangan dengan demokrasi itu sendiri,” hadiah dapat diartikan sebagai upah yang diberikan atas kepatuhan menjalankan perintah dari pelatih baca penguasa. Kesimpulannya ialah demokrasi gajah bukanlah demokrasi yang sebenarnya. Kulub pun teringat dengan istilah sepak bola gajah yang segalanya sudah diatur sebelumnya. Terutama tentang hasil dan skor demokrasi gajah, Kuntowijoyo pun mengungkap tentang demokrasi kuda. “Mengatur orang tak ubahnya seperti mengatur dan mengendalikan kuda. Kita harus menyatu dengan kuda; kalau kuda ingin merumput, kita harus tahu. Kuda itu kita anggap saudara kita. Kuda itu tahu. Akan tetapi, siapa yang menentukan arah kemana kuda harus menuju? Ya, tentu saja penunggangnya,” ada dua hal; Pertama, yang menentukan arah, tetap penunggangnya. Kedua, kuda itu tetap menjadi kuda tunggang, tidak bebas seperti kuda liar. Satu-satunya keuntungan bagi kuda adalah ia terbebas dari gangguan satwa liar, seperti ketinggalan, Kuntowijoyo menyebut pula demokrasi anjing. “Menghubungkan anjing dengan demokrasi tidaklah sulit,” tegasnya. “Seperti diketahui, anjing butuh jalan-jalan. Dalam hal ini, yang empunya anjing terpaksa menurut. Jadi, seolah-olah anjing berada di atas angin. Akan tetapi, anjing itu tetap dimiliki. Dan jangan lupa anjing itu harus pulang ke rumah tuannya,” tambahnya tentang demokrasi pun tak ketinggalan. Dalam diamnya sambil melihat Kia yang masih sibuk mengambil gambar burung-burung, keisengan di otaknya membisiki demokrasi ala cebong dan kampret, mungkinkah?Sayangnya, Kulub urung menghubungkan demokrasi dengan cebong dan kampret. Karena ia melihat, cebong dan kampret hanya istilah negatif yang seharusnya tidak ada. Sebab, pendukung dua capres dan cawapres yang ada semuanya manusia. Terlebih teman-temannya sendiri. Kulub terbayang wajah teman-temannya yang saling adu argument. Lalu menyayangkan ketika kata cebong dan kampret terlontar dalam adu gagasan dan argument tersebut. Dan Tiba-tiba ia teringat Gusdur yang mengatakan “yang kebih penting politik adalah kemanusiaan”.“Ya, bagaimanapun mereka adalah manusia. Toh kalaupun kelakuan mereka seperti cebong atau kampret seperti yang dilontarkan masing-masing kubu, sepertinya tidak etis dan tidak bermoral jika sebutan itu terus terlontar. Cebong tetaplah cebong. Kampret tetaplah kampret. Manusia tetaplah manusia, walau kelakuan terkadang seperti binatang, bahkan lebih buruk,” pikir Kuntowijoyo menyebut demokrasi dengan nama-nama binatang, itu lebih kepada gambaran tentang bagaimana demokrasi dilaksanakan. Dan di akhir tulisannya pun ditegaskan tentang demokrasi pancasila yang mesti terus dijaga. Ya, Kuntowijoyo lebih menekankan pada bagaimana bukan siapa pelakunya. Walau ujung-ujungnya, itu akan mengarah pada pelakunya, pada siapanya Bersambung
budayademokrasi berikut ini disajikan puisi karya Tauik Ismail dalam bukunya yang berjudul Katastroi Mendunia Marxisma, Leninisma, Stalinisma, Maoisma, Narkoba halaman 282-285. Simaklah dan maknailah. Demokrasi Kebun Binatang. Mari kita pergi ke kebun binatang bersama-sama, Karena kita ingin mendengar gagasan pimpinan baru kota para hewan itu.
PuisiDani Alifian. Resah ; Aku butuh kepastian, seperti kebanyakan pria, besar harapan pesan yang kukirimkan beberapa detik sebelum berganti hari agar cepat menemui jawaban. Aku lebih hafal kata terakhir ketimbang derajat suhu malam ini, sikapmu dingin membuat ngilu _
- Kunci jawaban PKN kelas 11 halaman 39 membahas tentang demokrasi kebun binatang. Pembahasan kunci jawaban PKN kelas 11 halaman 39 diharapkan dapat membantu bagi siswa dalam mengerjakan tugas Kurikulum 2013. Simak selengkapnya kunci jawaban PKN kelas 11 halaman 39 dilansir dari berbagai sumber Baca juga Kunci Jawaban PKN Kelas 11 Halaman 75, Apa yang Dimaksud dengan Demokrasi? Demokrasi Kebun Binatang Setelah kalian membaca puisi di atas, coba kalian jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. 1. Mengapa istilah demokrasi maknanya beranekaragam? 2. Dapatkah kita memaksakan pemahaman tentang demokrasi kepada orang lain? Berikan alasanmu. 3. Coba kalian identifikasi/temukan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam puisi di atas. 4. Dari nilai-nilai yang sudah diidentifikasikan, nilai-nilai apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari? Jawaban 1. Karena pandangan atau cara berpikir setiap orang berbeda-beda serta tingkat kecerdasan orang pun berbeda-beda yang disebabkan oleh kurangnya fasilitas atau pengajar pada suatu bidang pendidikan dalam suatu negara sehingga makna demokrasi beraneka ragam/berbeda-beda. 2. Tidak, karena setiap orang memiliki cara berpikirnya masing-masing tentang demokrasi ini dan setiap orang yang ada memiliki hak untuk berpendapat tanpa adanya paksaan dari orang lain. 3. Nilai moral menurut mereka, definisi demokrasi yang disampaikan dalam puisi diatas ialah terdapat pada kalimat "sama-sama hewan yang tidak memakan satu sama lain". Nilai estetis nilai ini dapat kita lihat dari bagaimana bentuk penulisannya yang sesuai dan beraturan dengan kaidah penulisan puisi pada puisi diatas. Nilai politik nilai politik yang disampaikan secara tersirat dalam puisi tersebut adalah terdapat dalam kalimat "pimpinan baru kebun binatang ingin mereposisi sebuah kandang dan tandang itu kandang penting posisinya" 4. Nilai yang pantas dilakukan berdasarkan puisi tersebut adalah melakukan musyawarah agar tidak terjadinya pertikaian karena perbedaan masing-masing pendapat dari setiap orang sehingga tercapainya sebuah kesepakatan bersama yang diterima oleh semua orang ketika ke-17 hewan pada puisi diatas saling bermusyawarah. Sedangkan, nilai yang tidak pantas dilakukan dari puisi tersebut itu membenarkan salah satu pihak untuk membela kehendak Pak kepala kebun binatang tersebut untuk memasukkan serigala ke kandang yang terdapat hewan lainnya, yang berdampak buruk bagi keselamatan hewan lainnya yaitu jika serigala memangsa hewan yang satu kandang dengannya. * Disclaimer Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak. Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa . 305 428 77 468 346 179 428 137